Kamis, 15 November 2012

Tugas ICT Jurnal 2 Melvhin Samuel - 41809187 ( Gejala Iket Melekat di Event-Event Kota Bandung )


Gejala Iket Melekat di Event-Event Kota Bandung

Festival Balai Kota yang ke-202 ini dibuka langsung oleh Walikota Bandung Dada Rosada, dalam sambutannya Dada mengatakan bahwa apresiasi masyarakat Kota Bandung ini sangat besar pada acara Festival Balkot. Dada juga meminta maaf pada pengunjung atau khususnya warga Bandung karena tidak ada festival mobil hias seperti tahun kemarin, karena Dada merasa khawatir adanya kemacetan mengingat acara ini berbarengan denga libur panjang atau longweekend.
Banyak sekali stand-stand yang mengisi acara festival Balkot ini dari mulai kuliner, kaulinan barudak, panggung pelajar, otomotif are, dan masih banyak lagi. Selain itu ada juga jajanan sunda baheula, didalamnya terdapat jajanan-jajanan sunda jaman dahulu yang masih dilestarikan dan masih dipertahankan citranya agar masyarakat Kota Bandung mengetahui bahwa budaya sunda bukan hanya orangnya saja melainkan ada dari sisi kulinernya, mulai dari arumanis, angleng, gulali kacang, sagon kalapa, es lilin, dongteng, ranginang, permen hopyes, noga kacang, permen rokok, sampoleo, dan masih banyak lagi.
Pengunjung yang datang kesana pun terlihat antusias, salah satunya Dadang(38) “alhamdulillah saya masih bisa datang ke acara festival balkot hari ayeuna, biasa weh ngajak murangkalih sambil main-main sama kuliner”. Ujarnya. Salah satu stand yang menjual kesenian sunda adalah kompepar, stand ini menjual berbagai kesenian-kesenian sunda dari mulai karinding, kayu ukir, biji-bijian, iket, dan yang lainnya.  “acara seperti ini mendata komunitas kreatif di Bandung khususna atau di luar Bandung, tetapi warna dan suasa di acara festival balkot ini kurang ada tema, dan dekorasi, setting panggungna belum kerasa” ucap Dani(40).
Banyak sekali pengunjung maupun panitia ataupun crew yang menggunakan iket atau slayer. Ini merupakan gejala sosial yang banyak dilakukan oleh masyarakat Bandung. Menurut Dani 3-5 tahun ini penjualan iket sudah banyak sekali peminatnya, kategori iket itu ada lima, tapi dasarnya ada tiga, yaitu Iket Buhun Iket lepasan dan Iket Rekaan. “banyak oge nami-nami na iket teh, karekos nangka, karekos jengkol, buaya ngangsak, candara sumirat, hanjuan nagtung jeung sajabana.” Ujar Dani sekalu ketua KIS (Komunitas Iket Sunda).
Pada komunitas ini banyak sekali Kota-kota lain yang mengikuti tentang kesenian Iket, seperti Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Bekasi dan daerah Kota lainnya. Iket ini menjadi cirikhas simbolisasi, apalagi di daerah Bali iket sudah menjadi bersosial dikalangan warganya. Sejarah paguyuban ini sebetulnya ingin meningkatkan pariwisata di Kota Bandung seperti budaya fasion, kesenian, komunitas-komunitas dan lain-lain. Kompepar ituh di bentuk 30 kecamatan agar lebih memudahkan disbudpar agar lebih mengambil pusat databasenya, seperti dostro sunda dan tentang kesenia di tatar sunda. “pada intinya kompepar itu menjembatani antar DISBUDPAR dan para seniman di kota Bandung agar bisa dilihat oleh masyarakat banyak” ujar Agus(38) selaku ketua Kompepar.
Iket ini juga menjadi trend atau gejala dimasyarakat kaula muda yang hadir pada acara festival Balkot tersebut, karena iket sudah melekat dimasyarakat kota Bandung. *** Khairil/Aep/Dwichi/Melvin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar