Gejala Iket Melekat di
Event-Event Kota Bandung
Festival
Balai Kota yang ke-202 ini dibuka langsung oleh Walikota Bandung Dada Rosada,
dalam sambutannya Dada mengatakan bahwa apresiasi masyarakat Kota Bandung ini
sangat besar pada acara Festival Balkot. Dada juga meminta maaf pada pengunjung
atau khususnya warga Bandung karena tidak ada festival mobil hias seperti tahun
kemarin, karena Dada merasa khawatir adanya kemacetan mengingat acara ini
berbarengan denga libur panjang atau longweekend.
Banyak
sekali stand-stand yang mengisi acara festival Balkot ini dari mulai kuliner,
kaulinan barudak, panggung pelajar, otomotif are, dan masih banyak lagi. Selain
itu ada juga jajanan sunda baheula, didalamnya terdapat jajanan-jajanan sunda
jaman dahulu yang masih dilestarikan dan masih dipertahankan citranya agar
masyarakat Kota Bandung mengetahui bahwa budaya sunda bukan hanya orangnya saja
melainkan ada dari sisi kulinernya, mulai dari arumanis, angleng, gulali
kacang, sagon kalapa, es lilin, dongteng, ranginang, permen hopyes, noga
kacang, permen rokok, sampoleo, dan masih banyak lagi.
Pengunjung
yang datang kesana pun terlihat antusias, salah satunya Dadang(38)
“alhamdulillah saya masih bisa datang ke acara festival balkot hari ayeuna,
biasa weh ngajak murangkalih sambil main-main sama kuliner”. Ujarnya. Salah
satu stand yang menjual kesenian sunda adalah kompepar, stand ini menjual
berbagai kesenian-kesenian sunda dari mulai karinding, kayu ukir, biji-bijian,
iket, dan yang lainnya. “acara seperti
ini mendata komunitas kreatif di Bandung khususna atau di luar Bandung, tetapi warna
dan suasa di acara festival balkot ini kurang ada tema, dan dekorasi, setting
panggungna belum kerasa” ucap Dani(40).
Banyak
sekali pengunjung maupun panitia ataupun crew yang menggunakan iket atau
slayer. Ini merupakan gejala sosial yang banyak dilakukan oleh masyarakat
Bandung. Menurut Dani 3-5 tahun ini penjualan iket sudah banyak sekali
peminatnya, kategori iket itu ada lima, tapi dasarnya ada tiga, yaitu Iket
Buhun Iket lepasan dan Iket Rekaan. “banyak oge nami-nami na iket teh, karekos
nangka, karekos jengkol, buaya ngangsak, candara sumirat, hanjuan nagtung jeung
sajabana.” Ujar Dani sekalu ketua KIS (Komunitas Iket Sunda).
Pada
komunitas ini banyak sekali Kota-kota lain yang mengikuti tentang kesenian
Iket, seperti Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Bekasi dan daerah Kota
lainnya. Iket ini menjadi cirikhas simbolisasi, apalagi di daerah Bali iket
sudah menjadi bersosial dikalangan warganya. Sejarah paguyuban ini sebetulnya
ingin meningkatkan pariwisata di Kota Bandung seperti budaya fasion, kesenian,
komunitas-komunitas dan lain-lain. Kompepar ituh di bentuk 30 kecamatan agar
lebih memudahkan disbudpar agar lebih mengambil pusat databasenya, seperti
dostro sunda dan tentang kesenia di tatar sunda. “pada intinya kompepar itu
menjembatani antar DISBUDPAR dan para seniman di kota Bandung agar bisa dilihat
oleh masyarakat banyak” ujar Agus(38) selaku ketua Kompepar.
Iket
ini juga menjadi trend atau gejala dimasyarakat kaula muda yang hadir pada
acara festival Balkot tersebut, karena iket sudah melekat dimasyarakat kota
Bandung. *** Khairil/Aep/Dwichi/Melvin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar