“Gamelan
Ajeng” yang akan punah perlu diwariskan
Pewarisan
kesenian tradisonal Gamelan Ajeng Sinar Pusaka Kelurahan Karang Pawitan
Kabupaten Karawang yang dipentaskan oleh teater terbuka taman budaya Dago tea
House Bandung(10/12), dalam pagelaran tersebut terlihat Bah Bawon(86) selaku
peniup terompet sekaligus pewaris kesenian Karawang dari kelompok kesenian
tradisional Gamelan ajeng generasi ke tiga, sekalipun dia sudah nampak tua
namun dia masih tampak lincah memainkan lubang-lubang terompet yang menjadi ciri
khas dalam Gamelan Ajeng tersebut. Pantas banyak orang menggangap terompet
Gamelan Ajeng bagaikan pesinden yang merdu suaranya.
Asal
muasal nama Ajeng diambil dari panggung pentas yang senantiasa di tinggikan
sampai dua meter. Musik tradisional Ajeng dan tarian Soja awalnya berupa jenis
musik dan tarian persembahan rasa syukur dalam upacara panen raya yang kini
mulai tergeser menjadi upacara penyambutan tamu agung. Sekarang gamelan ajeng
dan tarian soja lebih sering dipentaskan dalam upacara untuk menyambut tamu
agung dalam bentuk arak-arakan dan acara pernikahan.
Ditengah
pemetasan gamelan tersebut, enam orang penari masuk ke arena panggung untuk
melakukan tarian soja. Para penari memeberi warna lain dalam pementasan gamelan
ajeng seperti yang di tuturkan oleh Abah Iying selaku pewaris ke tiga “gamelan
ajeng mewariskan tiga buah lagu dari 72 lagu. Abah menuturkan bahwa dia hanya
ingat tiga lagu dari 72 lagu yang judul nya, “suren”, “Renggong Burung”, dan
“Rancag Panjang”. Ke tiga lagu tersebut, diwariskan kepada anak-anak dan
cucunya agar tidak menjadi punah “Abah mengharap dari ketiga tembang tersebut,
bisa terus di wariskan kepada generasi berikutnya dengan harapan agar kesenian
tradisional gamelan ajeng bisa tetap eksis” ucapnya.
Menurut
kepala bidang kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karawang, Ayi Muchtar
terdapat “kurang nya pemahaman terhadap pentingnya regenerasi menjadi kendala
dalam mengembangkan kesenian gamelan ajeng, sebab dari generasi ke generasi
tidak ada pewarisan. Hal ini disebabkan kurang nya minat anak-anak sekarang
terhadap seni gamelan ajeng disamping memang seni ini kurang laku dijual”.
Adanya kegiatan ini diharapkan seni gamelan ajeng dapat dilestarikan untuk dihidupkan
kembali. khairil/aep/dwichi/melvhin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar